Senin, 14 Juni 2021

PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM BAGI ERA MILENIAL

 Jody Pramoja 11901209


Pendidikan agama Islam merupakan proses untuk mempelajari agama Islam secara detail dan membentuk karakter generasi milenial menjadi sesuai dengan ajaran Islam. Munculnya teknologi yang semakin canggih dapat mempengaruhi karakter mereka karena tidak pernah dibekali dengan ilmu agama. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan guna membentuk karakter (ahklak karimah).

Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada awal 2000. Anak muda sekarang banyak yang didominasi oleh generasi milenial. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sangat penting di pelajari agar generasi milineal memiliki karakter yang baik. Ilmu pengetahuan umum juga penting namun lebih baik di seimbangkan dengan karakter yang baik.

Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karena, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dan Islam, yaitu menciptakan pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kebahagiaan kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Dalam konteks sosial masyarakat, bangsa, dan negara pribadi bertakwa ini dapat menjadi rahmatan lil-alamin, baik dalam skala kecil maupun besar tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Selain tujuan umum itu, terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam.

 Banyak generasi milenial pada zaman sekarang yang kurang mau memplajari ilmu agama Islam. Sebenarnyanya hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi dari keluarga, lingkungan, teman, dan pergaulan yang salah. Keluarga sebagai sebuah institusi mini yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan anak sebagai makhluk biopsiko-sosio-spritual dengan pengembangan kepribadiannya. Dengan kepedulian keluargalah juga kebutuhan akualisasi diri anak, yang merupakan puncak dari tahap pengembangan diri dari anak, sebelum anak bersikap dengan hal yang tidak diinginkan. Mendidik anak memerlukan materi kesabaran dan ilmu.

Pertama faktor keluarga, kita ketahui bahwa salah satu penentu seorang anak itu menjadi anak yang memiliki karakter yang baik, anak yang alhlakul kharimah itu tergantung dari keperdulian orang tua terhadap pentingnya pendidikan agama islam diusia dini. Jika orang tua paham masalah ini maka penerapan pendidikan agama islam diuisa dini sangat diperhatikan oleh semua orang tua. 

Terkadang kebanyakan orang tua, masih kurang perhatian terhadap pendidikan dalam keluarga atau pendidikan agama islam diusia dini kepada anak. Sehingga banyak orang tua yang menghasilkan anak yang tidak terdidik moral atau buta dalam hal syariat islam, apalagi di era milenial sekarang ini banyak anak-anak yang seharusnya masih dalam perhatian orang tua dalam mendidik, akan tetapi malah kebalikan seorang anak sudah memiliki kehidupan yang mandiri, dalam mengetahui hal apa pun tanpa peran orang tua salah satunya seorang anak yang sudah diberikan alat bantu yang cangih sekarang ini yaitu handphone.

Seorang anak bisa mengetahui semua hal, mengenai apapun hanya dalam satu genggam. Jadi orang tua merasa, bahwa di jaman era digital ini lebih mudah dalam mendidik anak, hanya dengan memberikan fasilitas seperti hp dan kouta internet saja sudah cukup untuk anak menjelajahi education, namun kesalahan dari orang tua mereka tidak pernah ikut serta dalam memerhatikan apakah seorang anak tersebut sudah menggunakan alat tersebut dengan benar atau tidak. 

Hampir 70% orang tua kurang mempedulikan anaknya, salah dalam  pendidikan agama, ada yang peduli dan mencoba disekolahkan ke lembaga pendidikan agama Islam namun, orang tua sendiri tidak memberikan contoh dari penerapan yang diajarkan agama. Apabila orang tua ikut serta memberikan contoh dan menerapkan maka anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang tua dan mnjadi kebiasaan.

Padahal dalam islam mengajarkan kepada orang tua, bagaimana cara mencetak generasi yang sholeh dan sholeha. Salah satunya hal yang paling mendasar dan paling utama dalam mencetak anak yang harus diperhatikan orang tua adalah berdoa kita ketahui bahwa doa merupakan senjatanya orang mukmin karena  tanpa doa, sangat tak mungkin tujuan mendapatkan anak shalih bisa terwujud. Karena keshalihan didapati dengan taufik dan petunjuk Allah. Sebagaimana dalam firman Allah azza wajala 

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof : 178)

Karena hidayah di tangan Allah, tentu kita harus banyak memohon pada Allah agar kita bisa mendapatkan anak yang sholeh dan sholeha. Adapun contoh-contoh doa yang bisa kita amalkan dan sudah dipraktikkan oleh para nabi di masa silam sebagai berikut.

Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).

Doa Nabi Zakariya ‘alaihis salaam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38).

Doa ‘Ibadurrahman (hamba Allah yang beriman),

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al-Furqan: 74)

Yang jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Oleh karenanya jangan sampai orang tua melupakan doa baik pada anaknya, walaupun mungkin saat ini anak tersebut sulit diatur dan nakal. Hidayah dan taufik di tangan Allah. Siapa tahu ke depannya, ia menjadi anak yang shalih dan manfaat untuk orang tua berkat doa yang tidak pernah putus-putusnya.

Namun bukan hanya itu saja yang perlu diperhatikan oleh orang tua, orang tua jangan hanya fokus kepada anaknya saja namun orang tua harus selalu memperbaiki diri juga, agar menjadi orang tua yang bertaqwa kepada Allah subahanu wata'ala.

Karena kita ketahui anak itu akan melakukan sesuatu dari apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar, oleh karena itu orang tua harus menjadi contoh yang baik di lingkungan rumah, bagaimana kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh sedangkan sendiri masih terus bermaksiat, masih sulit shalat, masih enggan menutup aurat. Sebagian salaf sampai-sampai terus menambah shalat, cuma ingin agar anaknya menjadi shalih.

Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata pada anaknya,

لَأَزِيْدَنَّ فِي صَلاَتِي مِنْ أَجْلِكَ

“Wahai anakku, sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi shalih, pen.).” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

Adapun hal lain yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak adalah bahwa Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan. Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,

 وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman: 13]

Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaknya. Anak harus diajarkan akhlak yang mulia, jujur, berkata baik dan benar, berlaku baik kepada keluarga, saudara, tetangga, juga menyayangi yang lebih kecil serta menghormati yang lebih tua, dan yang harus menjadi penekanan utama adalah akhlak (berbakti) kepada orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar yang paling besar setelah syirik (menyekutukan Allah). Orang tua haruslah memberikan teladan kepada anaknya dengan cara dia pun berbakti kepada orang tuanya dan berakhlak mulia. 

Orang tua Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlak anaknya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: 

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ. 

“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” 

Apalagi kita mengetahui bahwa sesuatu yang jelek akan mudah sekali mempengaruhi hal-hal yang baik, namun tidak sebaliknya, terlebih dalam pergaulan muda-mudi seperti sekarang ini yang cenderung melanggar batas-batas etika seorang muslim. Mereka saling berkhalwat (berdua-duaan antara lawan jenis), sehingga bisikan syaitan mudah sekali menjerumuskan dirinya ke jurang kenistaan. Atau pengaruh obat-obat terlarang yang dapat menjadikan dirinya bergantung dan merasa ketagihan terhadap obat-obat penenang yang diharamkan oleh Allah. 

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (NARKOBA) yang dilakukan generasi muda kaum muslimin telah banyak menjeremuskan mereka kepada kehinaan dan kesengsaraan. Usaha yang telah kita curahkan beberapa tahun bisa saja menjadi sia-sia hanya karena anak kita salah memilih teman bermain atau teman di sekolah. Untuk itu, haruslah diperhatikan akhlak teman anak kita, apakah temannya itu memiliki pemahaman agama yang baik, apakah shalatnya baik, apakah dia senan-tiasa nasihat-menasihati dan tolong-menolong dalam kebajikan.

Sehingga dengan usaha orang tua dalam memperhatikan pendidikan islam kepada anak, maka orang tua tidak akan khawatir lagi untuk melepaskan anaknya diluar sana. Dan anak tersebut akan bisa menyesuaikan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk untuk dirinya sendiri dan akhiratnya, maka keseimbangan pun terjadi terhadap tujuan pada pendidikan yang hakikatnya bahwa pendidikan bukan hanya menciptakan manusia menjadi pintar saja namun juga menciptakan manusia yang berakhlakul kharimah. 

Karena perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik. Maka yang tepat adalah bagaimana orangtua mengedepankan pendidikan agama islam sebelum pendidikan yang lain. 











 






Senin, 07 Juni 2021

PENTINGNYA PENDIDIKAN KELUARGA

Nama : Jody Pramoja 

Nim   : 11901209

KRITIS MORAL

Peristiwa yang sangat memperhatikan, saat ini adalah kritisnya moral terhadap sebagian anak bangsa kita.

Apalagi sekarang ini tengah era digital, yang mana kita ketahui semua serba canggih bahkan dunia ini bisa ditelusuri hanya digenggaman kita dan juga sangat mudah akses oleh generasi muda saat ini.

Bisa kita katakan bahwa generasi milenial dengan perkembangan digital saat ini bagai dua sisi ujung pisau , jika dimanfaatkan maka akan berguna bagi si peguna dalam meraih sumber informasi dan bisa sebagai penunjang keterhampilan dan pengetahuan seseorang.

Apalagi saat ini kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara jarak jauh atau pembelajaran daring, sudah pasti media digital ini sangat diperlukan dalam situasi pandemi saat ini,  dalam tetap menjalankan proses pembelajaran.

Sehingga di era digital yang canggih ini sangat membantu dalam aspek pendidikan, sehingga seorang guru tetap dapat mengtransfer ilmu kepada peserta didik kapan dan dimanapun. 

Jika generasi milenial menggunakan dengan sangat baik kecanggihan digital saat ini seperti handphone maka banyak sekali yang bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan prestasi belajar.

Namun,sebaliknya jika generasi milenial salah guna akan merugikan baik si penggunanya maupun orang lain. Tanpa kita sadari krisis moral tengah melanda anak muda di era milenial. Hal ini membuat kita prihatin dengan kondisi yang menimpa generasi penerus bangsa jika tetap dibiarkan akan seperti apa Indonesia kedepannya. Krisis moral saat ini lebih banyak terjadi di kalangan remaja. Karena pada fase remaja ini, anak masih mengalami ketidakpastian atau kurang mengetahui cara pengunaan media sosial secara baik dan sedang mencari jati diri yang sesungguhnya.



Mungkin kita belum lupa dengan peristiwa yang belum lama berlalu ini, video prank anak muda menimpa salah satu youtuber yang mana seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat justru memperlihatkan perilaku yang tidak beretika dengan berpura-pura memberikan bingkisan berisi sampah dan batu yang ia bagikan ke salah satunya ke transgender di tengah pandemik  kemudian ia membuat video seolah-olah permintaan maaf yang  ternyata hanya prank.

 Tidak lama setelah beredarnya video prank si youtuber tersebut aksi prank juga dilakukan oleh empat orang remaja di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang mendatangi rumah sakit dan mengaku sebagai pasien corona, aksi prank terhadap petugas rumah sakit ini sangatlah tidak terpuji terlebih lagi beban dan tekanan kerja petugas kesehatan saat ini sangat tinggi di tengah wabah corona. perilaku-perilaku tidak terpuji yang dilakukan oleh remaja tersebut karena krisis moral yang berujung pada pelanggaran hukum. Sebegitu bobroknyakah etika anak muda di era milenial yang sepertinya tidak memiliki hati nurani di tengah musibah yang menimpa negeri ini untuk melakukan hal seperti itu demi eksistensi semata.

Inilah yang terjadi jika generasi muda tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik, apapun akan mereka lakukan demi eksistensi semata, namun apa yang mereka lakukan seperti tidak memiliki hati nurani. 

Jadi sangat berdampak buruk jika media sosial disalah gunakan oleh seberapa generasi muda yang tidak bertanggung jawab, dan sangat merugikan banyak pihak terutama dikalangan masyarakat.

Krisis moral yang dialami khususnya remaja merupakan masalah yang telah meluas dan harus segera diselesaikan, karena dapat mengancam masa depan kehidupan mereka sendiri serta masa depan bangsa dan juga mempengaruhi anak-anak kecil yang sekarang lebih suka meniru para remaja. Krisis moral adalah permasalahan yang cukup kompleks yang harus sesegera mungkin di tangani dengan penanganan yang tepat.

Adapun salah satu faktor penyebab yaitu dari faktor keluarga, kenapa bisa dikatakan seperti itu karena kebanyakan dari sebagai remaja bermasalah terhadap moral seperti perbuatan dan tingkah lakunya disebabkan latar belakang dari kedua orangtua yang mengalami broken home. 

Karena si remaja tersebut karena belum siap mental dalam melihat peristiwa yang seharusnya tida ia lihat, maka ini menjadi suatu masalah terhadap diri remaja tersebut terutama terhadap psikis anak,  sehingga ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Namun sebenarnya bukan hanya dari faktor keluarga yang broken home saja, namun banyak faktor-faktor yang lain yang menyebabkan krisisnya moral anak, salah satu diantaranya yaitu media sosial, internet, games, aplikasi menyenangkan seperti tik tok, snack video.

Seorang anak jika sudah dipercayai orangtua dalam menggunakan media sosial, yang seharusnya belum saatnya menggunakan media soisal dengan usia yang belum cukup. Maka sangat rentan salah guna, apalagi saat ini dengan games online yang sedang viralnya banyak anak-anak yang masih remaja bermain games tersebut.

Banyak anak-anak yang berani melawan dan membentak orangtuanya karena tidak dituruti kemauan seperti membeli kouta internet, bahkan lupa makan dan lupa beristirahat yang sangat resah dirasakan sebagaian orangtua kepada anaknya yang lagi masa kecanduan main games onilne. 

Bukan hanya itu saja banya sekali pengaruh-pengaruh buruk yang bisa menimpa remaja saat ini, contoh lain seperti aplikasi tik-tok terhadap perempuan muslimah yang mana telah kita ketahui banyak sekali perempuan muslimah yang krisis moral. Sehingga mereka tidak memiliki rasa malu lagi, dan tidak mengetahui hakikat dari seorang muslimah.

Kita bisa lihat begitu banyak video-video muslimah yang diperbudak oleh aplikasi tik tok, mereka berjoget joget dengan diiringi musik remix tanpa mereka berfikir bahwa itu bukan dari perilaku seseorang muslimah. Bahkan mereka sadar, mereka mengenakan jilbab namun jilbab yang seharusnya menutupi aurat menjadi sebatas fashion saja. 

Mereka menggunakan jilbab namun celana dan baju mereka menggunakan bahan ketat, sehingga lekuk tubuhnya kelihatan dan bisa dinikmati para lelaki, ditambah lagi bergoyang di aplikasi tik tok agar  bisa mendapatkan banyak like dan bisa popularitas semata.

Sungguh sangat prihatin sekali dengan moral dan akhlak para generasi milenial saat ini, dan jika tidak diatas sekarang ini juga bagaimana dengan masa depan negara Indonesia nanti. 

Seharusnya para pemuda merupakan penerus anak bangsa yang berguna bagi bangsa dan negara, malah sebaliknya jauh dari kata berguna. 

Selain itu, faktor yang mempengaruhi merosot nya moral pada remaja adalah memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang, terkadang memang mengalami rasa naik dan turun nya iman itu sendiri. Ketika tingkat keimanan menurun, potensi kesalahan juga pasti akan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral. 

Jika di biarkan terus menerus tentu akan membuat kesalahan semakin kronis dan merusak moral dari diri seorang tersebut. Seseorang yang melakukan suatu penyimpangan, sudah pasti dia adalah orang yang kadar keimanan nya lemah. Jika tidak, seharusnya ia sadar bahwa apa yang dia lakukan adalah perbuatan yang salah dan tidak seharusnya dilakukan. Seseorang yang beriman, pasti memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik dan tidak akan melakukan hal yang menyimpang.

Maka dari masalah moral diatas makan ada beberapa cara bagaimana mengatasi krisis moral terhadap generasi milenial di era digital ini. 

Pertama, menanamkan pendidikan karakter diusia dini. 

Anak adalah generasi penerus bangsa yang membutuhkan pendidikan serta pemenuhan hak-hak nya untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya karena sejatinya karakter yang baik dapat dibentuk sejak dini. Dalam menerapkan pendidikan karakter ini sebaiknya tidak hanya mengandalkan pendidikan formal saja, melainkan pendidikan karakter ini juga dapat ditanamkan dalam lingkungan keluarga yang merupakan madrasah pertama atau agen utama dalam membentuk karakater yang baik pada anak.

Pendidikan karakter  dini ini sangat membantu anak dalam bekal menuju dunia pendidikan yang formal, namun pendidikan diusia dini yang berperan penting adalah kedua orangtua. Karena pendidikan keluarga merupakan madrasah pertama yang dirasakan oleh anak.

Oleh karenanya orang tua harus memperhatikan sekali terhadap pendidikan usia dini kepada anak sebelum mereka memasuki jelajah yang lebih luas diluar sana.  Jika orang tua benar dan sungguh-sungguh dengan ikhlas dalam mendidik anak maka akan menghasilkan moral anak yang baik, sopan dan patuh, dan anak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 

Namun melihat perkembangan zaman sekarang, banyak orang tua yang lebih mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anak. Sehingga banyak remaja yang kurang perhatian dan merasa bebas mengatur jalan hidupnya sendiri. Padahal kita ketahui tugas orangtua bukan hanya mencari uang dan bukan hanya memberikan makan kepada anak, tetapi orang tua juga harus memperhatikan pendidikan anak, demi menjadi anak tersebut anak yang berilmu dan berakhlak mulia. 

Kedua, Memilih Teman Bergaul di Lingkungan yang Tepat.

Pergaulan sangat memengaruhi karakter dari dalam diri seseorang, apalagi pada tahap remaja. Mereka sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain. Oleh karena itu orang tua sebagai agen utama sebaiknya lebih memerhatikan serta memantau lagi bagaimana pergaulan anak-anak mereka diluar dan dengan siapa saja mereka berada di  luar lingkup rumah.

Dalam agama islam pun sangat diatur dalam memilih teman, sebagaimana Allah memerintah agar berteman dengan orang yang sholeh :

Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101).

Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).

Jadi selaku orang tua, bukan hanya memberi makan kepada anak, dan bukan hanya memberikan fasilitas yang mereka inginkan saja tapi orang tua harus bisa memperhatikan pendidikan anak. Namun yang sangat dan harus ditekankan orang tua kepada anak yaitu pendidikan agama, karena jika pendidikan agama ini sudah berikan kepada anak ketika diusia dini maka anak akan lebih terjaga dan terbentengi dari sifat dan perilaku yang buruk. 

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis moral remaja. Seharusnya remaja lebih mendengarkan banyak nasehat dan motivasi dari keluarga, guru maupun sahabat untuk mendorong remaja ke pergaulan yang lebih baik. Remaja hendaknya dapat membatasi diri dari hal-hal negatif yang termasuk dalam kenakalan remaja. Lingkungan juga hendaknya mendukung secara moral agar para remaja tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja. Dan pemerintah, guru juga orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang baik serta interaktif bagi remaja dan juga membimbing para remaja ke dalam kegiatan-kegiatan positif yang lebih bermanfaat.